Kuliah Tamu Online Strategi Investasi di Masa Pandemi Covid 19

Setelah Sukses Menggelar Entrepreneur Online Talk, kali ini Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang kembali hadir dengan mengundang praktisi Pasar Modal, Wawan Setiawan untuk mengupas tuntas kondisi pasar modal pada masa pandemi wabah covid 19 serta bagaimana strategi mencari peluang investasi di masa krisis kesehatan ini. Acara digelar pada hari Rabu Pukul 10.00 sd 12.00 secara daring live streaming dengan menggunakan media Zoom, Youtube dan Facebook.

Sebagai Moderator dalam kegiatan ini Dr. Pardiman SE, MM, seorang dosen FEB UNISMA sekaligus menjabat sebagai Kaprodi Magister Manajemen Pascasarjana UNISMA.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang Nur Diana, SE, MSi dalam welcome speech menyatakan krisis kesehatan yang terjadi di Indonesia akibat wabah pandemi covid 19 dan pemerintah Indonesia menetapkan sebagai Bencana Nasional Non Alam memiliki dampak nyata pada pertumbuhan perekonomian Indonesia diantaranya kinerja pasar modal Indonesia. Melemahnya bisnis travelling, pariwisata, perhotelan serta transportasi akibat berbagai kebijakan social distancing, phisycal distancing maupun PSBB turut menyebabkan berbagai pelaku bisnis tidak mampu menjalankan aktivitasnya. Hal ini berimbas pada melemahnya kinerja keuangan maupun non keuangan perusahaan. Akibatnya bahkan laporan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan terjadi penurunan dalam beberapa minggu terakhir masa pandemi covid 19

“Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia mencatat ada banyak lini bisnis yang terkena salah satunya adalah disektor pariwisata terutama hotel-hotel, moda transportasi, yang mulai untuk memulangkan beberapa karyawan dalam skala besar.” ungkapnya.

“ Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pasar modal di Indonesia yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor yang saat ini menggempur dunia investasi adalah badai krisis kesehatan” imbuhnya

Dekan FEB UNISMA ini selanjutnya menambahkan tentang pergerakan IHSG masa pandemi Covid 19.

“Pergerakan IHSG dan nilai transaksi mulai menurun sejak Maret 2020, sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan pasien positif corona untuk pertama kali” ungkapnya.

“Sejak saat itu pergerakan IHSG terus menurun hingga mencapai titik terendah pada 24 Maret 2020 lalu” beliau selanjutnya menambahkan.

“Kinerja pasar modal sangat terdampak dengan adanya pandemi. Hal ini tercermin dari menurunnya aktivitas jual-beli saham di bursa. Beliau juga membeberkan, nilai rata-rata transaksi harian telah ambles hampir 24 % dibandingkan penutupan perdagangan 2019.” lanjut beliau.

“Fenomena ini harus dipahami oleh mahasiswa yang saat ini mempelajari dunia investasi di pasar modal maupun pasar keuangan. FEB UNISMA sebagai lembaga pendidikan dengan tujuan menghasilkan Sumber daya Manusia Unggul wajib memberikan bekal kepada calon lulusannya untuk memahami kondisi ini dan bagaimana menjalankan strategi investasi yang smart di era pandemi Covid 19” imbuhnya.

“Banyak mahasiswa kami sudah jadi investor di pasar modal dengan memanfaatkan trading di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia yang dimiliki FEB UNISMA.”

Sementara itu Wawan Setiawan yang bertindak sebagai narasumber yang berprofesi sebagai praktisi pasar modal sekaligus alumni Prodi Akuntansi FEB UNISMA yang bermukim di Surabaya ini memaparkan materinya secara daring dari Kantornya.

Dalam paparannya wawan demikian panggilannya menyampaikan tentang kondisi pasar modal global yang mengalami kelesuan dan imbasnya terhadap pasar modal di Indonesia. Selain itu beliau juga membahas tentang perbedaan krisis tahun 2008 dengan krisis tahun 2020.

“Ada beberapa isu yang menghantam pasar modal diantaranya isu tentang Corona, melambungnya harga emas, jatuhnya indeks dunia, jatuhnya harga minyak, pelambatan ekonomi serta pelemahan mata uang” ungkapnya di hadapan seluruh peserta online guest lecture.

“Pandemi yang disebabkan virus corona (Covid-19) tak hanya berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat saja, tetapi juga menghantam sektor perekonomian di Indonesia yang berdampak cukup dalam” tuturnya.

Selanjutnya Wawan menjabarkan bahwa Corona menimbulkan kegaduhan para investor dan masyarakat pada umumnya karena ketidakpastian pasar yang terus menunjukkan pelemahan.

“Pada tahun 2002-2004 dampak SARS pada pasar saham sekitar 3 bulanan, setelah itu recovery” tuturnya.

Adanya pelonggaran PSBB telah memberi angin segar pada sektor riil, namun kita perlu mewaspadai beberapa hal diantaranya : skenario terburuk ekonomi Indonesia, dimana menteri keuangan Sri Mulyani mengatakan di hadapan DPR bahwa skenario berat Indonesia bisa tumbuh 2,3 % dan skenario sangat berat pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 0,4 %.

“Perang dagang yang berbuntut perang terbuka USA dan China, terakhir adalah likuiditas perbankan.” ungkap Wawan saat memberi penjelasan.

Pada akhir Sesi Wawan memberikan kiat-kiat untuk berinvestasi kepada seluruh peserta.

“Saat market seperti ini kita sebaiknya berada pada time in market, supaya tidak kehilangan momentum recovery”.

“Saat investasi cari defensif sektor yaitu sektor farmasi, konsumsi dan telekomunikasi, jangan lupa pegang uang cash dan yang terakhir tetap lakukan diversifikasi instrumen saat investasi” pungkasnya.


Jangan Lewatkan Kabar Terbaru dari Kami!

Berita Terbaru