FEB Unisma Kupas Tuntas Low Touch Economy

Keunggulan kompetitif harus menjadi ciri suatu organisasi perusahaan, baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, untuk menentukan daya saingnya. Hal ini bisa diwujudkan dengan menciptakan produk atau jasa yang bervalue bagi customernya dengan menerapkan berbagai strategi efektif dalam memenangkan persaingan bisnis.

Inovasi manajemen menjadi suatu keniscayaan bagi perusahaan di saat terjadi perubahan pasar yang dinamis dan untuk menciptakan nilai atau mempertahankan daya saingnya. 
Namun, pandemi COVID-19 yang menciptakan kebijakan social dan physical distancing dengan segenap protokol kesehatan, membentuk sebuah pola ekonomi yang hampir serupa, contact-free economy atau low touch economy. Dimana semua proses bisnis mengarah pada interaksi dan transaksi yang bebas sentuhan atau sentuhan rendah. Demikian penjelasan narasumber dalam Webinar Internasional Innovation Manajemen on Value Creation, Dzulkifli Mukhtar PhD. 

Webinar Internasional ini diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma). Diikuti oleh peserta yang berasal dari negara Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Selanjutnya, Dzulkifli menjabarkan bahwa sebagian besar ahli sepakat bahwa saat ini dunia bisnis berada dalam tahap pemulihan yang panjang, lambat dan bergelombang. "Perusahaan yang sukses di era ini adalah mereka yang mengadaptasi model bisnis mereka untuk bekerja dengan langkah-langkah kesehatan yang berbeda dan tantangan lain yang disajikan COVID-19," ucapnya.
“Berkurangnya interaksi fisik antara karyawan dan konsumen adalah salah satu kendala yang paling mencolok pada bisnis seperti biasa, itulah sebabnya kami menciptakan istilah Low Touch Economy," terangnya.

Menurutnya, era Low Touch Economy akan membawa banyak ketidakstabilan. Sehingga organisasi perlu beradaptasi dengan cepat “Era Low Touch Economy akan menentukan kehidupan kita setidaknya 1-2 tahun,” tukas lulusan Notingham Inggris di bidang manajemen inovasi ini. Dzulkifli juga mengatakan, perusahaan perlu melihat inovasi sebagai bagian inisiatif untuk bertahan hidup karena menghadapi struggling economy. 

Sementara itu, Dekan FEB Unisma, Nur Diana, mengatakan bahwa suatu perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya tergantung pada tingkat inovasinya. Menurutnya, inovasi yang diciptakan mampu memberikan value kepada customernya. Maka hal ini ditunjukkan dengan bagaimana value tersebut mampu memenangkan hati pelanggan dan seberapa lama value itu dirasakan oleh customer.

"Saat inovasi yang diciptakan oleh perusahaan sudah ditiru oleh pesaing atau pesaing mampu menciptakan inovasi lain dengan fungsi yang sama dengan yang diciptakan perusahaan, maka disitulah inovasi kita sudah tidak bervalue," paparnya.

“Namun kita perlu mencermati bahwa kondisi era kenormalan baru yang menuntut bisnis yang sesuai dengan prinsip low touch economy atau mampu bertransformasi menjadi low touch economy akan tumbuh lebih pesat. Situasi baru ini akan hi-tech namun dengan karakteristik sentuhan rendah. Perusahaan harus siap untuk bertransformasi dalam era low touch economy,” pungkas Diana.


Jangan Lewatkan Kabar Terbaru dari Kami!

Berita Terbaru