FEB UNISMA Gelar Diskusi dan Bedah Buku karya KH Oesman Mansoer “Islam dan Kemerdekaan Beragama”

Dalam rangkaian Acara Persembahan Santri Untuk Negeri yang digelar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang bekerjasama dengan Penerbit Kota Tua dan Gusdurian menggelar Bedah Buku dan Diskusi Buku Karya K.H Oesman Mansoer Pendiri dan Rektor Pertama Universitas Islam Malang . Acara yang digelar di Hall K.H Abdurrahman Wahid Gedung Pasca Lt 7 Unisma pada 26 Oktober 2020 secara luring dan daring ini membedah Buku berjudul “Islam dan Kemerdekaan Beragama”. Nur Diana selaku Dekan FEB Unisma Malang yang membuka acara tersebut menyampaikan bahwa bedah buku sebagai persembahan sang kyai kepada negeri pada tahun 1968 ini sangat berkaitan dengan kondisi Negara Indonesia yang saat ini mengalami problem intoleransi beragama. “FEB UNISMA sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan sumber daya manusia berkualitas, berkewajiban untuk meningkatkan kompetensi attitude melalui pengembangan karakter harus dikuatkan. Oleh karena itu, dari buku ini kami berharap bahwa mahasiswa mampu memahami bagaimana problem-problem intoleransi dan bagaimana Islam mengajarkan tolerasni beragama”.

Buku berjudul “Islam dan Kemerdekaan Beragama” ini dibuat oleh KH Oesman Mansoer seorang tokoh pendidikan, ulama bahkan memiliki latar belakang militer yang merupakan Pendiri lembaga pendidikan tinggi bergengsi di Kota Malang yaitu Universitas Islam Malang dan UIN Maulanan Malik Ibrahim serta Rektor I Unisma" Tegas Diana

"Kami berharap para undangan dan adik-adik mahasiswa mampu memahami, bahwa dari pemikiran beliau inspirasi-inspirasi kehidupan beragama bisa ditularkan. Dari pemikiran beliau bisa dipelajari dan apakah masih relevan buku ini dan bisa dijadikan pijakan di saat kondisi Indonesia saat ini menghadapi problem-problem intoleransi dan kita diharapkan menjadi kampus yang anti radikal.

Kata sambutan dari keluarga Alm.KH Oesman Mansur oleh Bpk Nuruddin, menyebutkan bahwa meskipun KH Oesman Mansoer hanya lulusan dari Mualimin namun secara autodidak beliau menuangkan pemikiran-pemikiran maju sampai bisa mendirirkan perguruan tinggi Unisma. Buku ini disampaikan pada acara Dies Natalis IAIN Sunan Ampel tahun 1968 dan menjadi dasar dalam Peraturan Menteri Agama no.78.

Acara tersebut menghadirkan tiga narasumber yaitu Prof. Dr Zainuddin, Ahli Sosiologi Agama & WR 1 UIN MALIKI Malang; Airlangga Pribadi Ph.D selaku CEO Initative Institute Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga; Pdt. Chrysta Andrea selaku Pengajar di Institut Pendidikan Theologi Balewijaya GKJW Malang dan Alissa Wahid sebagai Koordinator Nasional Gusdurian yang dipandu oleh Irham Thoriq Aly selaku CEO Tugu Malang ID & Direktur Penerbit Kota TuA.

Prof Dr. Zainuddin yang mengenal Beliau sejak tahun 1984 menyebutkan bahwa KH. Oesman Mansoer merupakan insklusif moderat, plural, sangat humble dan agamis. Selanjutnya Prof Zainudin menegaskan Bahwa dapat dipetakan corak pemikiran beliau yang moderat- inklusif sejajar dengan pemikiran para pendahulunya, seperti: Dom. H. Camara uskup agung (Brazil), Tokoh reformis Said Nursi (Turki), Gus Dur dan Cak Nur (Bapak inklusif-pluralis Indonesia). Bahwa Islam adalah agama yang toleran, inklusif dan egaliter. Bahwa Islam Indonesia adalah Islam yang ramah budaya dan ramah lingkungan. Maka jangan berharap memaksakan Islam yang tidak sesuai dengan misi substansi Islam itu sendiri, yang adaptif dan humanis.

Beliau sosok yang moderat setara dengan Gus Dur dan Cak Nur Cholis Majid

Bpk Airlangga Pribadi menyebutkan bahwa pemikiran dari KH. Oesman Mansur bisa menjadi salah satu rujukan dan sumber dalam mengembangkan Islam Progressif di Indonesia. Jika diiris tipis buku ini isinya daging semua karena buku ini menjelaskan bagaimana toleransi dalam beragama. Jika Gus Dur memberikan sumbangan pematangan toleransi beragama, jauh sebelumnya ke belakang pemikiran tentang toleransi beragama telah yang diberikan oleh dari KH Oesman Mansoer melalui tulisan beliau. Buku ini menjadi sangat relevan karena memberi peran menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kebebasan beragama.

Pendeta Chrysta Andrea menyampaikan bahwa buku ini dapat menyampaikan keberagaman berkebangsaan dalam kondisi Indonesia yang genting setelah peristiwa 1965 saat itu. Tulisan beliau menyampaikan front ketuhanan dalam sila pertama Pancasila, merupakan konvergensi agama-agama yang ada di Indonesia yang disajikan secara partikular.

"Buku ini tidak hanya relevan bagi Umat Islam, tetapi bagi agama lain wajib membaca buku Islam dan Kemerdekaan Beragama ini. Perlu saya tegaskan bahwa sosok K.H Oesman Mansoer ini bukan hanya miliki keluarga, bukan hanya milik kota malang tetapi beliau ini milik bangsa Indonesia melihat betapa besarnya sumbangsih dan pemikiran beliau Untuk Negara.

Menurut Alisa Wahid ( Koordinator Gusdurian) bahwa buku ini bisa menjadi panduan muslim di Indonesia dalam hubungan kehidupan berbangsa dan bernegara secara baik. Buku sangat tepat dengan kondisi Indonesia yang saat ini mengalami kondisi mayoritaisme berbasis agama. Buku ini menjadi salah satu bahan bacaan yang mengandung banyak nutrisi, karena buku ini menjelaskan pandangan Islam dalam hubungannya Islam dengan Kristen dan tetap mengingatkan bagian Negara Indonesia yang hidup dengan kesepakatan hidup berbangsa dan bernegara.

Alissa menegaskan di saat ini bangsa kita mengalami langkah mundur dalam konteks kemerdekaan Beragama, menarik sekali diujung sana pidatonya kyai Oesman di tahun 1968 menjadi pegangan untuk menjawab problem kita ".


Jangan Lewatkan Kabar Terbaru dari Kami!

Berita Terbaru