Webinar Islamic sociopreneur : Peluang Usaha bagi Generasi Millenials

Pandemi Covid-19 yang belum berakhir memberi dampak pada kehidupan sosial dan ekonomi. FEB Unisma kembali menghadirkan webinar, dengan mengambil tema Islamic sociopreneur Sebagai Peluang Usaha Bagi Generasi Milenial di Era New Normal.

Webinar ini diadakan pada 19 September 2020 dengan menghadirkan para praktisi dari institusi yang bergerak di bidang sociopreneur, yaitu: Aprilia Eviyanti dari Laznas BSM Umat, Nur Fadhlan dari NU CARE-LAZISNU, dan Yakin Adhi Negoro dari akuberbagi.com.

Dalam sambutan, Dekan FEB Unisma, Nur Diana, SE., M.Si menyampaikan bahwa wirausaha sosial ( sociopreneur) telah di kembangkan sejak masa sebelum kemerdekaan, seperti Sarikat Dagang Islam dengan HOS Cokroaminto sebagai tokoh dan Nahdlatut Tujjar. Semangat sociopreneur ini perlu dihidupkan kembali bagi generasi milenial, khususnya di era new normal ini. Apalagi diera saat ini di Indonesia terjadi Bonus Demografi dimana saat jumlah penduduk produktif atau angkatan kerja (usia 15-64 tahun) lebih besar. Tentunya ini sangat menguntungkan jika generasi millenial didorong untuk terlibat dalam Islamic sociopreneur, apalagi beberapa lembaga yang memiliki program sociopreneur bekerja sama dengan perguruan tinggi.

“Islamic sociopreneur sangat mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi problem tingginya angka pengangguran di negara kita. Bonus demografi yang tinggi diharapkan mampu menggerakkan roda perekonomian Indonesia yang saat ini krisis. Apalagi masyarakat Indonesia terkenal memiliki sifat saling menolong dan gotong royong” Jelas Diana dalam sambutannya.

Sementara itu, dalam pemaparannya Aprilia menyampaikan bahwa permasalahan sosial yang berkembang di dalam masyarakat bisa menjadi peluang pengembangan sociopreneur. Laznas BSM Umat memiliki program pengembangan Islamic sociopreneur yang menyasar mahasiswa di perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Pendanaan dari program ini berasal dari dana ZIS yang berada di Bank Syariah Mandiri. Dari program ini diharapkan memunculkan pengusaha dari kalangan milenial yang nantinya akan kembali ke daerah masing-masing dan mampu menjalankan usaha yang dapat berkontribusi dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

Dari NU Care-Lazisnu, Nur Fadhlan, menyampaikan bahwa semangat sociopreneur perlu ditingkatkan pada generasi milenial, karena banyak pihak yang melihat bahwa generasi milenial itu cenderung mementingkan dirinya sendiri. Dengan semangat kreatif dan akrab dengan teknologi, menjadi peluang pengembangan usaha yang memberi impact social bagi kalangan milenial. Kegiatan sociopreneur ini banyak menyasar grass root, dan NU Care memiliki program pemberdayaan masyarakat bawah melalui jaringan muslimat dan pesantren. NU Care juga memiliki 9 saka program yang bisa menggandeng generasi milenial dalam memberikan solusi bagi permasalahan sosial dan ekonomi yang ada dalam masyarakat.

Sedangkan Yakin Adhi Negoro dari akubisa.com, memulai paparannya bahwa semangat sociopreneur bukan hal yang baru dalam sejarah Islam, bahwa hal ini banyak dicontohkan dalam praktek kehidupan Rasulullah dan para sahabat. Yakin menggarisbawahi bahwa seseorang jika ingin memulai sociopreneur harus memiliki dua syarat, yaitu usaha yang dijalankan tidak bertujuan untuk memperkaya diri sendiri, tetapi juga harus berkontribusi dalam kesejahteraan masyarakat. Contoh mudah sociopreneur yang bisa dilakukan adalah menggiatkan wakaf tunai di kalangan milenial.


Jangan Lewatkan Kabar Terbaru dari Kami!

Berita Terbaru