Si Telur Doreng Penghasil Rupiah

Burung puyuh, siapa sih yang tidak tahu burung puyuh? Burung yang punya nama latin genera dalam familia phasianidae ini biasanya bersarang di permukaan tanah dengan kemampuan lari dan terbang berkecepatan tinggi namun jaraknya pendek. Burung ini memiliki kandungan protein, kalsium, zat besi dan fosfor yang sangat baik dalam pembentukan tulang dan juga terdapat beberapa macam vitamin B kompleks, vitamin E dan K.

 

Dari fakta kandungan gizi itulah yang menarik ide usaha Arif Rahman Hakim, seorang peternak burung puyuh yang berlokasi di Pakis Jajar, kabupaten Malang. Berawal dari usaha ternak ayam potong dan kini ia telah sukses menjadi peternak burung puyuh. Usaha yang telah dirintis kurang lebih tiga tahun itu di latar belakangi karena faktor keluarga yang kebetulan lebih dahulu menjadi peternak burung puyuh dan karena modal serta cara pengelolaannya lebih mudah dibandingkan dengan ternak ayam. Kemudian, minimnya pesaing ternak burung puyuh di Pakis Jajar juga menjadi acuan Arif Rahman untuk memantapkan dirinya menggeluti usaha ini.

 

Usaha yang dimulai dengan modal awal sebesar Rp. 30.000.000,00  hanya mendapatkan 3.000 ekor burung puyuh beserta kandang berukuran kecil dan sejenis pakan instan burung puyuh. Namun, karena kegigihan serta keuletan beliau dalam mengayomi burung-burung tersebut akhirnya sampai saat ini beliau dapat memperluas kandang dan memperbanyak jumlah burung puyuh menjadi kisaran 8.500 ekor.

 

Sistem penjualan ternak burung puyuh relatif sama dengan ternak ayam potong. Hanya bedanya dalam ruang lingkup ternak burung puyuh lebih ditekankan pada orientasi telur-telurnya, sedangkan induk telur hanya dijadikan mesin pembuat hasil yang memiliki nilai jual di pasaran.

 

Telur-telur burung puyuh kini pemasarannya diperluas hingga Singosari dan Karang Ploso. Telur-telur itu dijual secara kiloan dengan harga Rp. 20.000,00 untuk kawasan Malang dan biaya ongkos kirimnya Rp. 5.000,00. Berbeda halnya ketika pengiriman di luar Malang seperti Kediri dan Blitar, beliau mematok biaya ongkos kirim sebesar Rp. 10.000,00.  Harga tersebut masih bersifat umum, fluktuatif harga tergantung kondisi pasar skala regional, mengingat supliyer terbesar market leader ternak burung puyuh berpusat di Blitar. Maka dengan melihat hukum pasar secara universal imbas dari kebijakan pasar di Blitar juga berdampak  pada pasar-pasar yang disupliyer. Termasuk di antaranya ternak burung puyuh milik Arif Rahman Hakim yang berpusat di Pakis Jajar, kabupaten Malang.

 

Arif Rahman Hakim di samping berprofesi sebagai peternak burung puyuh beliau juga berkerja sebagai petani padi. Hal itu yang membuat omset hasil penjualan tidak bisa diklasifikasikan secara detail laba bersih dari ternak burung puyuh, disebabkan seringkali hasil penjualan dari sektor ternak burung puyuh dialih fungsikan untuk keperluan sektor pertanian yang acuannya lebih condong pada penanaman padi.

 

Menurut Arif Rahman, selaku pelaku sekaligus pengamat budidaya burung puyuh bahwasanya “usaha budidaya telur burung puyuh notabenenya usaha yang tidak terlalu serius bagi khalayak umum, jika menghasilkan keuntungan maka dilanjutkan, tetapi apabila merugikan  ya berhenti”. Tidak terlalu di usahakan secara serius dengan kata lain sebagai bahan uji coba. Itu yang membuat  para peternak burung puyuh cenderung sedikit dibandingkan dengan peternak pada sektor lain seperti; ayam, bebek dan semacamnya. “padahal jika dikalkulasikan secara obyektif  untuk memperoleh hasil jangka pendek lebih bisa dirasakan pada ternak telur burung puyuh. Minat konsumen yang makin meningkat, persaingan pasar yang cenderung sedikit dan harga pasar yang mudah dikontrol” imbuh beliau. Maka akan menjadi parameter  yang  benar-benar berkontribusi terhadap perekonomian skala individual, regional, nasional maupun internasional.

 

Kategori : Jurnalizen Mahasiswa
Redaksi : MEI Jurnalistik

Sumber : MEI Jurnalistik
Penerbit : Alfian Budi Primanto

 


Jangan Lewatkan Kabar Terbaru dari Kami!

Berita Terbaru