Dosen FEB Unisma Temukan Alternatif Investasi Berisiko Rendah Selama Pandemi

Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Malang (Unisma) berhasil menemukan alternatif investasi selama pandemi selain saham yang mulai marak diminati masyarakat. Dosen sekaligus peneliti FEB Unisma tersebut ialah Dewi Diah Fahriyyah SE MSA. Dikatakannya, bahwa selama pandemi Covid-19 banyak orang resah dengan kondisi keuangannya karena kondisi ekonomi yang menurun.

Hal ini membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang, bahkan banyak yang melepaskan aset maupun investasinya karena nilainya yang menurun. Namun di sisi lain tidak sedikit pula masyarakat yang memanfaatkan momen pandemi tersebut untuk mencari investasi yang nilainya sedang turun. Meskipun begitu, hal ini tetap memiliki potensi kenaikan di masa depan. Mayoritas masyarakat memilih berinvestasi pada saham karena lebih familier, serta semakin gencarnya program-program pemerintah yang mengenalkan investasi saham.

Tetapi menurut Dewi, investasi saham sangat berisiko tinggi dan tidak semua orang memahami hal tersebut, sehingga banyak masyarakat yang merasa tertipu ketika saham yang dibelinya mengalami penurunan harga. Hal ini menjadi motivasi Dewi untuk melakukan penelitian mencari alternatif investasi lain yang lebih rendah risikonya daripada saham.

Selain itu juga, penelitian-penelitian selama pandemi mayoritas dilakukan untuk mengetahui pengaruh Covid-19 pada pasar saham, sangat jarang yang melakukan penelitian pada instrumen investasi lain misalnya instrumen utang atau obligasi.

"Saya menggunakan grand theory berupa teori perilaku keuangan dalam penelitian ini. Seorang investor dalam berinvestasi tidak hanya mendasarkan pada informasi-informasi fundamental maupun informasi pasar, namun juga terdapat faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan keuangan seorang investor, hal inilah yang dibahas dalam teori perilaku keuangan," jelasnya.

Ketakutan masyarakat atas Covid-19 juga menjadi faktor psikologis yang dapat mempengaruhi pertimbangan investor. Dewi menambahkan, bahwa penelitian ini juga menggunakan big data yang sekarang semakin marak digunakan dalam dunia digital untuk mempermudah pekerjaan.

Penelitian ini dirancang menggunakan pendekatan eksplanatoris dan diuji dengan analisis regresi berganda. Faktor psikologis berupa ketakutan Covid-19 diperoleh menggunakan big data yang berasal dari ((https://trends.google.com/trends/). Sedangkan untuk data kasus dan kematian Covid-19 diperoleh dari ourworldindata.org.

Ketiga variabel tersebut diuji pada instrumen investasi berupa imbal hasil (yield) mingguan obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun selama periode tahun 2020. Pemilihan obligasi pemerintah tenor 10 tahun karena risikonya yang lebih rendah karena kepastian adanya imbal hasil dari pemerintah dan jangka waktu relatif tidak terlalu lama.

Temuan hasil riset ini, menunjukkan bahwa imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun dipengaruhi secara positif oleh masing-masing ketakutan Covid 19, jumlah kematian akibat Covid 19, serta jumlah kasus Covid 19. Semakin tinggi tingkat ketakutan Covid 19 dan kasus serta kematian akibat Covid 19 maka semakin tinggi pula imbal hasil obligasi pemerintah.

Hal ini juga menunjukkan bahwa, pemerintah ingin meredam kecemasan masyarakat atas kondisi keuangan pemerintah dengan cara meningkatkan imbal hasil obligasi pemerintah. Sehingga masyarakat dapat lebih percaya pada pemerintah.

Ia berharap, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pembuat kebijakan untuk dapat lebih memperhatikan pemulihan Covid-19 dan juga menstimulasi ekonomi untuk menghindari meningkatnya biaya pembiayaan utang.

Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi investor untuk dapat mempertimbangkan berinvestasi pada obligasi pemerintah, khususnya ketika ketakutan Covid 19 tinggi serta untuk dapat memperoleh return yang lebih tinggi dengan risiko yang lebih rendah. Lebih jauh lagi, obligasi pemerintah adalah salah satu aset yang paling aman dan likuid pada kondisi yang tidak stabil, sehingga dapat menjadi diversifikasi portofolio investasi pada kondisi pandemi.

Penelitiannya ini mendapatkan pendanaan dari Hibah Klasterisasi Unisma 2021-2022. Hibah ini merupakan program pendanaan Unisma yang dikompetisikan kepada seluruh dosen untuk menyusun proposal yang selaras dengan rencana Induk Penelitian. Ia bersyukur dari proses seleksi yang begitu ketat mulai tahap desk evaluasi, seleksi proposal, dan presentasi proposal, akhirnya ia mendapatkan hibah penelitian tersebut.

Hibah penelitian Unisma tersebut tentunya juga memiliki target agar luaran hasil penelitian ini dapat diukur dengan indikator yang sejalan dengan indikator Hibah yang dikompetisikan oleh Pendanaan Hibah Ristek.

"Alhamdulillah salah satu target luaran telah saya penuhi, yaitu diseminasi hasil penelitian dalam konferensi internasional yaitu 4th International Research Conference on Management and Business pada bulan Februari 2022 lalu," tandasnya.


Jangan Lewatkan Kabar Terbaru dari Kami!

Berita Terbaru