Dosen FEB UNISMA Dampingi Pelaku Ekonomi Kreatif Tingkatkan Kepatuhan Pajak

Jeni Susyanti, SE., MM, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Malang (Unisma) tergerak untuk melakukan pendampingan pada pelaku ekonomi kreatif. Menurutnya, sisi SDM mereka masih lemah, yang rentetannya dalam perihal pemasaran dan keuangan juga mengalami masalah. Padahal, kata Jeni, dari mereka pula akan tercipta lapangan pekerjaan, juga dapat mendorong pembangunan, hingga kemudian pemasukan pajak akan terdongkrak naik.

Jeni memaparkan bahwa kebanyakan pelaku bisnis ekonomi kreatif mengalami problematika dari sisi sumber daya manusia. Termasuk juga mengalami masalah dalam hal pemasaran dan keuangan. Ini menunjukkan perlunya pendampingan bagi pelaku ekonomi kreatif agar kompetensi SDM mengalami peningkatan. Dengan demikian, omset penjualan mereka akan optimal, yang akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan pelaku ekonomi kreatif.

“Ekonomi kreatif menjadi penting karena pembangunan saat ini dihadapkan pada kemampuan pemerintah dalam mengatur sumber daya yang dimiliki oleh daerah untuk menciptakan sebuah nilai tambah,” ungkapnya, seperti yang dituangkan dalam penelitian yang berjudul Model  Pendampingan Integrative Berkelanjutan bagi Pelaku Bisnis Ekonomi Kreatif untuk Meningkatkan  Kepatuhan Wajib Pajak.

Ia menjelaskan pula dalam rangkuman hasil penelitian ini, bahwa ekonomi kreatif merupakan blending antara kreativitas, inovasi, budaya, ilmu ekonomi, informasi dan teknologi. Hal itu semua guna untuk menciptakan produk sebagai kekayaan intelektual yang berpotensi meningkatkan pendapatan individu, membangun komunitas, menciptakan pendapatan bagi daerah, menciptakan lapangan pekerjaan. Bahkan lewat pelaku ekonomi kreatif akan mampu mendorong pembangunan yang lebih baik.

Penelitian Jeni sendiri pada tahun pertama melakukan cluster problematik pada pelaku bisnis ekonomi kreatif. Ia juga melakukan model pendampingan bisnis integrative berkelanjutan pada pelaku bisnis ekonomi kreatif, untuk mengetahui pemenuhan kewajiban perpajakan di Indonesia.

Dijelaskannya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, menggunakan metode kualitatif. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan teori Miles dan Huberman dengan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan.

“Uji coba model pendampingan integrative berkelanjutan saya lakukan dengan analisis pendampingan pada pelaku ekonomi kreatif subsektor kuliner pada aspek pencatatan kegiatan usaha. Termasuk juga saya dampingi dalam hal pembukuan usaha, sampai dengan pemenuhan kewajiban perpajakan,” tutur dosen FEB ini.

Untuk memastikan mencapai hasil penelitian secara nyata dapat dievaluasi dan diukur, imbuh dia, penelitian ini dilakukan dengan desk evaluasi, deskriptif, dengan pendekatan secara purposive pada kelompok sasaran yaitu ekonomi kreatif subsektor kuliner, baik berupa barang kuliner maupun jasa kuliner.

Penelitian Jeni dilakukan pada bisnis ekonomi kreatif subsektor kuliner yang memproduksi barang kuliner, yang banyak terdapat di wilayah Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Kediri dan kota Kediri. Dimana 65,4% digerakkan kaum muda dan memiliki lama usaha 1 sampai dengan 5 tahun. Hal ini menunjukkan subsektor kuliner yang berpotensi meningkatkan perolehan pendapatan ekonomi kreatif lebih meningkat lagi.

“Hasil penelitian menunjukkan pelaku bisnis ekonomi kreatif sektor kuliner telah melakukan pembukuan atau pencatatan untuk mengetahui keuntungan usaha, akan tetapi hanya 15% yang melakukan pembuatan laporan keuangan,” ujar Jeni.

Sedangkan, kata dia, persentase 40% dari bisnis ekonomi kreatif sektor kuliner mengetahui peraturan perpajakan, akan tetapi menyampaikan SPT tepat waktu dan masih kurang kesadaran membayar pajak tepat waktu.

Dosen Kampus Kebanggaan NU ini dalam penelitiannya menggunakan model analisis data Miles dan Huberman 2014. Hal ini mengacu pada data kuesioner dan wawancara mendalam dibidang manajemen dan pencatatan akuntansi.

Temuannya, kebanyakan pelaku ekonomi kreatif masih belum bergabung dengan komunitas, juga pelaku ekonomi kreatif belum pernah mengikuti expo atau pameran. Hal ini menunjukkan pelaku ekonomi kreatif masih individual dan belum menyadari pentingnya komunitas dan keikutsertaan dalam pameran untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas pelaku ekonomi kreatif. Padahal lewat jejaring mereka dapat meningkatkan pemasaran produk.

Dalam catatan penelitiannya, pelaku ekonomi kreatif kreatif belum berinteraksi dengan kampus atau intelektual. Mereka juga belum menggunakan sosialisasi sebagai media komunikasi. Integrasi dalam Model pendampingan berkelanjutan dari semua pemangku kepentingan yaitu 5 helix yang terdiri dari Model pendampingan bagi Pengelolaan Bisnis Ekonomi Kreatif secara Integratif berkelanjutan yaitu bangunan ekonomi kreatif ini dipayungi oleh interaksi Intellectuals, Business, Government, Community dan media.


Jangan Lewatkan Kabar Terbaru dari Kami!

Berita Terbaru