Dosen FEB UNISMA: Antara Cendikia dan Pewarta

“Information is a new currency” Ungkapan ini menjadi familier di era yang digital. Informasi menjadi hal yang sangat penting sehingga digambarkan sebagai mata uang baru untuk menggambarkan pentingnya informasi di Era ini. Era digital memungkinkan masyarakat untuk berkontribusi dengan lebih mudah karena adanya akses digital yang bersifat inklusif. Hal ini tak terkecuali bagi dosen sebagai profesi yang erat kaitannya dengan pergulatan intelektualitas dan berpendidikan tinggi. Tentu akan sangat disayangkan jika Dosen yang memiliki tanggung jawab Tri dharma perguruan Tinggi (Pembelajaran, penelitian, dan pengabdian Masyarakat) tidak turut serta membagikan buah pikirannya untuk dinikmati masyarakat. Oleh karena itu, FEB UNISMA membekali dosen-dosennya dengan memberikan Workshop Menulis Ilmiah Populer di Media.

Nur Diana selaku dekan FEB Unisma mengungkapkan bahwa civitas akademika FEB UNISMA ditargetkan tidak hanya berkontribusi di lingkungan akademik namun juga memberikan insight yang luas bagi masyarakat. Hal ini tidak boleh hanya diungkapkan dalam retorika namun harus langsung diimplementasikan dengan langkah nyata seperti workshop yang sedang diselenggarakan ini. Workshop jurnalistik ini menghadirkan wartawan profesional dari dua media besar di Indonesia. Dahlia Irawati yang merupakan wartawan harian KOMPAS menjadi pembicara pertama. Dalam paparannya, ia mengungkapkan jika ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam penulisan yaitu public meaning yang membahas keterkaitan antara peristiwa atau problem yang diangkat terhadap urgensi bagi pembaca. Asal usul atau konteks berita juga perlu diperhatikan. Aspek ini dikenal dengan istilah genealogi. Aspek penting yang terakhir adalah historicity yang membahas keterkaitan konteks dengan kejadian-kejadian sebelumnya.

Seusai Dahlia, seorang wartawan Koran SINDO melanjutkan menjadi pembicara kedua. Bang Yuswantoro atau yang akrab disapa mas Boim memaparkan pentingnya membuat judul yang sangat menarik karena merupakan kesan pertama bagi redaktur dan pembaca. Judul akan menjadi penentu apakah sebuah tulisan akan dibaca atau tidak. Ia memaparkan dengan sangat gamblang disertai analisis judul-judul yang pernah diterbitkan sebelumnya. Wartawan yang wajahnya sangat mirip dengan Ari Lasso ini juga menambahkan bahwa menulis harus menggunakan cara pandang pembaca sehingga hasil tulisannya gampang dicerna.

Acara yang dikemas secara santai, membuat suasana sangat cair dan peserta bertanya dengan leluasa. Dengan keahlian kedua pembicara, semua persoalan yang didiskusikan bisa terjawab dengan sempurna.


Jangan Lewatkan Kabar Terbaru dari Kami!

Berita Terbaru